Pengukuran Densitas dan Porositas Zat Padat
dan Pengaruh Densitas Terhadap Porositas
|
Seni Ramadhanti S, Astrid Delia Aisyah
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email: ramadhanti.seni12@mhs.physics.its.ac.id |
Abstrak—Telah dilakukan percobaan pengukuran densitas dan porositas zat padat
dan pengaruh densitas terhadap porositas. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui nilai
densitas dan porositas suatu material padatan dan untuk mengetahui pengaruh
densitas terhadap porositas. Peralatan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain
neraca ohaus, neraca pegas, 5 buah batu yang berbeda, oven, dan aquades. Variasi yang digunakan adalah 5 buah
batu yang berbeda yaitu batu bata, batu pualam, batu kali besar, batu koral,
batu kali berongga. Percobaan ini menggunakan prinsip kerja dari hukum archimedes. Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan bahwa batu bata memiliki nilai porositas tertinggi sebesar
26.395% , dan yang paling kecil adalah batu pualam, 0.073%. Densitas terbesar
adalah pada batu kali besar, dengan nilai 2503.4 kg/m3, sedangkan yang paling
kecil adalah batu kali berongga dengan nilai 1519.4 kg/m3. Hubungan antara
densitas dan porositas bahwa semakin besar densitas dari suatu batuan maka
porositasnya akan semakin kecil. hal ini dikarenakan batuan dengan densitas
besar berarti memiliki kerapatan yang besar. Karena semakin rapat batu tersebut
maka pori-pori yang berada pada batu akan semakin sedikit. Sehingga besar
porositas batu akan semakin kecil. jadi dapat diketahui hubungan antara
densitas dengan porositas adalah berbanding terbalik.
I. PENDAHULUAN
Suatu bahan mempunyai beberapa sifat seperti sifat
mekanik, listrik, fisis. Sifat fisis yang berarti sifat yang dimiliki suatu
bahan yang dapat kita amati secara
langsung. Untuk mengetahui sifat fisis
bahan tersebut, maka kita melakukan
percobaan sifat fisis suatu material.
Sifat fisis suatu benda berkaitan dengan struktur benda. Sifat fisis suatu
benda antara lain, porositas dan densitas [1]. Densitas didefinisikan sebagai masa persatuan volume.
Bahan yang homogen seperti besi, aluminium, batuan memiliki densitas yang sama
tiap bagiannya. Jika sebuah bahan yang materialnya homogen bermasa m dan
memiliki volume V, maka densitasnya adalah:
ρ=
m/V……..………………(1.1)
Tetapi dalam
menghitung massa jenis dari suatu batuan yaitu dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
…………….…(1.2)
FA adalah gaya
archimedes (N) yaitu selisih antara berat batu sebelum tercelup air dengan berat
batu sesudah tercelup air, yaitu FA = W kering – W basah.[4] Hukum
Archimedes menyatakan bahwa “ketika sebuah benda seluruhnya atau sebagian di
masukkan ke dalam zat cair, cairan akan memberikan gaya ke atas pada benda
setara pad berat cairan yang di pindahkan benda. Hal
ini disebabkan karena adanya gaya apung. Gaya apung terjadi karena adanya
perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang berbeda.
Porositas merupakan salah
satu karakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk mengkarakteristik fisis
yang diperlukan terutama untuk mengkarakterisasi bahan padatan hasil proses
maupun yang akan diproses kembali. Sifat porositas bahan saling mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh besaran fisis yang lain maupun sifat termalnya, misalnya
bahan yang porus akan mempunyai nilai kerapatan yang rendah, luas permukaan
yang lebih besar, konduktivitas panas yang rendah, dan sebagainya. Secara umum
porositas digambarkan sebagai perbandingan antara volume pori dengan volume
teoritis. Volume teoritis ditentukan dari berat dan rapat teoritisnya. Adanya
porositas muncul karena adanya pori terbuka, tertutup maupun ruang antar
partikel. Pori terbuka adalah pori yang berhubungan dengan cairan disekitarnya
atau pori yang saling berhubungan, termasuk didalamnya kapiler, retak-retak
halus serta ketidakrataan dalam bentuk partikel agregat [2]. Sedangkan pori tertutup adalah pori yang tidak berhubungan dengan
cairan disekitarnya.
Untuk mengukur besarnya
porositas dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
..........................................(1.3)
Penentuan porositas dapat dibedakan menjadi dua
cara yaitu
1.
Analisa
secara langsung (analisa core)
Besarnya nilai porositas dapat dicari
dilaboratorium yang dapat ditentukan secara lebih teliti dengan menggunakan Porosimeter
dan Mercury Injection Pump)[3].
2.
Analisa
secara tidak langsung (analisa logging).
Untuk menentukan porositas secara tidak langsung (analisa logging) ditentukan
dengan menggunakan data log sumuran yaitu
menggunakan Log Sonik (untuk batuan keras dan unconsolidated atau
kompak), Log Densitas (untuk semua formasi, tetapi pada prinsipnya dalam batuan
yang kurang unconsolidated dan batuan
shaly) dan Neutron Log7)[3].
II. METODE
Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut, yaitu neraca
ohaus, neraca pegas, 5 buah batu yang berbeda, oven, dan aquades. Pada percobaan ini akan dilakukan 2 metode perhitungan terhadap
material batuan yang digunakan, yaitu densitas dan porositas. Bahan yang akan
dicari densitas maupun porositasnya dalam percobaan ini yaitu 5 jenis batuan
meliputi batu bata batu pualam, batu kali besar, batu koral, dan batu kali berongga. Langkah awal pada
percobaan ini yaitu ke lima batuan dioven selama 10 menit agar benar benar
kering. Kemudian masing-masing batuan ditimbang massa keringnya. Dicatat nilai
massa yang ditunjukkan neraca digital. Kemudian masing-masing batu ditimbang
berat keringnya dengan menggunakan neraca dan dicatat hasilnya. Setelah itu
dilanjutkan dengan mengukur berat basah masing-masing batu dengan cara
menggantugkan batu yang ditali pada statip. Lalu dicelupkan ke dalam gelas beker yang
telah diisi air sampai melayang dan tidak menyentuh dasar gelas. Setelah
gelembung-gelembung air yang keluar dari batu hilang, berat yang ditunjukkan oleh neraca dicatat.
Kemudian batu yang telah tercelup air ditimbang berat basahnya dengan
menggunakan neraca digital. Berdasarkan data yang telah didapat maka dapat
dicari densitas dan porositas pada masing-masing batuan.
Gambar 2.1 Batu bata, batu pualam, batu kali
besar, batu koral, batu kali berongga
Gambar 2.2
batu di oven selama 10 menit
Gambar 2.3
Neraca ohaus untuk menentukkan massa kering batuan
Gambar 2.4
Neraca pegas untuk menentukan berat kering
Gambar 2.5
Neraca pegas untuk menentukan berat basah
Gambar 2.6
Flow chart
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan
ini, telah didapatkan data massa kering, massa basah, berat kering dan berat
basah dari masing-masing batuan yang ditampilkan pada
tabel di bawah sebagai berikut:
Tabel
3.1 Data massa kering, massa basah, berat kering,
dan berat basah
Batu
|
Mk (gr)
|
Mb (gr)
|
Wk (N)
|
Wb (N)
|
Koral
|
27.25
|
29.13
|
0.29
|
0.15
|
Pualam
|
54.58
|
54.62
|
0.55
|
0.32
|
Kali
besar
|
50.07
|
50.2
|
0.5
|
0.3
|
Kali
berongga
|
27.35
|
28.59
|
0.28
|
0.1
|
Bata
|
8.6
|
10.87
|
0.1
|
0.05
|
Dari tabel
diatas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai densitas dan porositasnya
yaitu sebagai berikut:
Diketahui
: Mb = 29.13 gr
Mk = 27.25 gr
Wk = 0.29 N
Wb = 0.15 N
g = 10 m/s2
q = 1
Ditanyakan : Densitas (ρ) dan
porositas (p)?
Jawab :
ρ = 1946.4 kg/m3
Untuk
mencari porositas :
P = 6.899 %
Untuk data
perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.2 dam 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.2 Data hasil perhitungan porositas
Batu
|
Mk (gr)
|
Mb (gr)
|
P (%)
|
Koral
|
27.25
|
29.13
|
6.899
|
Pualam
|
54.58
|
54.62
|
0.073
|
Kali
besar
|
50.07
|
50.2
|
0.259
|
Kali
berongga
|
27.35
|
28.59
|
4.533
|
Bata
|
8.6
|
10.87
|
26.395
|
Tabel 3.3 Data hasil perhitungan
densitas
Batu
|
Wk (N)
|
Wb (N)
|
Mk (gr)
|
ρ (kg)
|
ρ ref (kg)
|
Koral
|
0.29
|
0.15
|
27.25
|
1946.4
|
1800
|
Pualam
|
0.55
|
0.32
|
54.58
|
2373.1
|
2563
|
Kali
besar
|
0.5
|
0.3
|
50.07
|
2503.5
|
2499
|
Kali
berongga
|
0.28
|
0.1
|
27.35
|
1519.4
|
1522
|
Bata
|
0.1
|
0.05
|
8.6
|
1720
|
2403
|
Pada
tabel 3.1 dapat dikatakan bahwa nilai massa kering batuan memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai massa basah batuan. Nilai massa kering pada batuan
memiliki nilai yang lebih kecil daripada nlai massa basah batuan karena adanya
kandungan air yang tersimpan pada batuan basah akibat dari proses pencelupan
batuan pada fluida sebelumnya yaitu dengan menggunakan air. Adanya air yang
bisa masuk ke dalam batuan dipengaruhi adanya pori-pori pada batuan. Setiap
batuan memiliki pori-pori pada permukaan batuan. Pori-pori ini yang membuat fluida
bisa masuk meresap ke dalam batuan. Akibatnya, massa yang dikandung oleh batuan
basah akan lebih besar dari pada massa batuan kering. Batuan yang berbeda
jenisnya akan mempunyai pori-pori yang berbeda. Semakin batuan mempunyai banyak
pori-pori, maka akan semakin besar pula fluida yang bisa terserap masuk ke
dalam batuan, akibatnya selisih nilai massa kering batuan dengan nilai massa
basah akan semakin besar.
Hubungan antara densitas
dan porositas bahwa semakin besar densitas dari suatu
batuan maka porositasnya akan semakin kecil. hal ini dikarenakan batuan dengan
densitas besar berarti memiliki kerapatan yang besar. Karena semakin rapat batu
tersebut maka pori-pori yang berada pada batu akan semakin sedikit. Sehingga
besar porositas batu akan semakin kecil. jadi dapat diketahui hubungan antara
densitas dengan porositas adalah berbanding terbalik.
Berdasarkan data hasil perhitungan nilai densitas dan
porositas masing-masing batuan pada tabel 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa batu bata memiliki nilai porositas tertinggi sebesar 26.395% , dan yang paling
kecil adalah batu pualam, 0.073% hal ini karena pori pada pualam sangatlah kecil, dikarenakan struktur pualam yang rapat, dan menandakan bahwa batu bata
memiliki pori yang cukup banyak. Dengan ini berarti lebih banyak air yang masuk
di batu bata daripada batuan laiinya.
Dapat dilihat pada tabel
3.3 bahwa densitas terbesar adalah pada batu kali besar, dengan nilai 2503.4 kg/m3 , sedangkan yang paling kecil adalah batu kali berongga dengan nilai 1519.4
kg/m3. Besarnya densitas pada 5 jenis batuan
berbeda-beda. Besarnya densitas suatu batuan dipengaruhi oleh massa dan volume
benda itu sendiri. Semakin besar massa batuan tersebut maka massa jenisnya pun
akan semakin besar. Hal ini berbanding terbalik dengan pengaruh volume terhadap
densitasnya. Karena semakin besar volume batuan maka massa jenisnya pun akan
semakin kecil. Hal ini juga sangat erat kaitannya dengan hukum Archimedes.
Seperti halnya dalam percobaan ini dimana ketika batu tersebut tercelup
seluruhnya ke dalam air, maka air tersebut akan memberikan gaya angkat ke atas
dan batu tersebut setara dengan berat cairan yang dipindahkan oleh batu itu
sendiri. Gaya angkat ke atas juga mempengaruhi berat kering dan berat basah.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa batu bata
memiliki nilai porositas tertinggi sebesar 26.395% , dan yang paling kecil adalah batu pualam, 0.073%. Densitas terbesar adalah pada batu kali besar, dengan nilai 2503.4 kg/m3, sedangkan yang paling kecil adalah batu kali berongga dengan nilai 1519.4
kg/m3. Hubungan antara densitas
dan porositas bahwa semakin besar densitas dari suatu
batuan maka porositasnya akan semakin kecil. hal ini dikarenakan batuan dengan
densitas besar berarti memiliki kerapatan yang besar. Karena semakin rapat batu
tersebut maka pori-pori yang berada pada batu akan semakin sedikit. Sehingga
besar porositas batu akan semakin kecil. jadi dapat diketahui hubungan antara
densitas dengan porositas adalah berbanding terbalik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Astrid Delia Aisyah selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua
pihak yang terkait praktikum densitas dan porositas zat padat dalam melakukan
percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Djaprie, Sriati. “Teknologi Mekanik” jilid 1
Erlangga, Jakarta. 1992.
[2]
Nur Fithrah, Oscar, “Analisa Sifat Fisis Dan
Mekanis Batu Bata Berdasarkan Sumber Lokasi Dan Posisi Batu Bata Dalam Proses
Pembakaran”, Jurnal Rekayasa Sipil, Vol
4 NO. 2, 2008.
[3]
Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992.
Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua). Pradnya Paramita :Jakarta
[4]
Widarsono, Bambang, “Hubungan Antara Porositas
Dengan Kedalaman Dengan Kedalaman Untuk Reservoir - Reservoir Batu Pasir Di
Indonesia”, Lembaran Publikasi Lemigas Vol. 42. No. 3, 11-17, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar