Pengukuran Konduktivitas Listrik Menggunakan Metode
Four Point Probe
|
Seni Ramadhanti S, Nofyantika W, Ayu Ningsih, Riska Ainun Nisa
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email: ramadhanti.seni12@mhs.physics.its.ac.id |
Abstrak—Telah dilakukan percobaan pengukuran konduktivitas listrik dengan
menggunakan metode four point probe. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sifat listrik material dan untuk
menentukan nilai resistivitas dan konduktivitas material. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain dari 2 batang CaCo3 , beberapa kabel, power
supply, penggaris larutan NaCl , dan 2 buah avometer.
Variasi yang digunakan adalah bahan kapur dan arang. Tegangan masuk sebesar 4V,
8V, dan 12V. Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula hasil
konduktivitasnya. Hal ini yang menyebabkan besarnya resistansi. Karena semakin
besar pita terlarang maka diperlukan
energi yang besar agar elektron dapat berpindah. Nilai resisitivitas maupun
konduktivitas suatu bahan dipengaruhi oleh bentuk molekul, ukuran molekul,
suhu, massa jenis, dan fase dari bahan tersebut. Nilai rata-rata resistivitas pada
arang adalah 3,2613 Ω.m (2 molar) dan 0,3176 Ω.m (3 molar). Nilai rata-rata
konduktivitas pada arang adalah 0,3176 Ω-1 cm-1 (2 molar) dan 3,2613 Ω-1 cm-1 (3 molar). Nilai rata-rata
resistivitas pada kapur adalah 0,2896 Ω.m (2 molar) dan 3,8973 Ω.m (3 molar).
Nilai rata-rata konduktivitas pada kapur adalah 3,8973 Ω-1 cm-1 (2 molar) dan
0,2896 Ω-1 cm-1 (3 molar).
I. PENDAHULUAN
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik
ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan
berpindah, menghasilkan arus listrik. Untuk mengamati sifat listrik suatu bahan
biasanya digunakan metode four point probe/FPP (probe empat titik). Disebut
probe empat titik, karena ada empat titik kontak yang disentuhkan pada
permukaan sampel. Keempat titik kontak (probe) itu dibuat berderet dalam satu
garis lurus dengan jarak antar probe diatur sedemikian rupa sehingga satu sama
lain mempunyai jarak yang sama. Arus listrik yang konstan dialirkan
sepanjang permukaan sampel melalui dua probe terluar. Jika sampel
mempunyai resistansi, maka akan ada penurunan
tegangan ketika arus
mengalir sepanjang sampel
tersebut. Perubahan tegangan tersebut diukur melalui dua probe bagian dalam.
Besaran listrik yang menunjukkankualitas
konduktivitas bahan, seperti tegangan output dan arus output dapat ditentukan
secara teliti dengan metode
four point probe [1].
Four point probe (probe 4 titik disingkat FPP) adalah
salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur nilai kerintangan suatu
lapisan bahan elektronika yaitu bahan semikonduktor dan bahan logam dalam
bentuk thin film (lapisan tipis) yang dipergunakan dalam pembuatan piranti
elektronika. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan resistivitas dan
konduktivitas suatu bahan padatan. Four-point
probe pada dasarnya didasarkan pada 4
buah probe di mana 2 probe berfungsi
untuk mengalirkan arus listrik dan 2 probe yang lain untuk mengukur tegangan
listrik secara bersamaan pada bahan (sampel) dengan nilai arus dan tegangan
yang telah diketahui terlebih dahulu [2].
Resistivitas (ρ) adalah nilai
kemampuan suatu bahan untuk menahan arus listrik. Semakin besar resistivitas
suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk menimbulkan
sebuah kerapatan arus. Resistivitas dalam bentuk padatan mempunyai ketentuan
bahwa ketebalan sampel (t) harus lebih
kecil dibandingkan dengan jarak antar
probe (s). Karena pada dua ujung probe paling luar merupakan superposisi dari arus maka R = V/2I. Maka rumusnya adalah sebagai
berikut:
....................................(1.1)
Maka rumus konduktivitasnya diberikan oleh:
...................................................(1.2)
Suatu material bahan yang mempunyai
gradient, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat.
Aliran kalor seperti ini disebut konduksi atau hantaran. Konduksi thermal pada
zat padat terjadi akibat gerakan electron yang terikat dan konduksi thermal
mempunyai hubungan dengan konduktivitas listrik[3]. Sebuah konduktor
sempurna akan memiliki resistivitas sama dengan nol karena semakin kecil nilai resistivitas suatu bahan maka semakin mudah bahan tersebut menghantarkan arus
listrik, Resistivitas sebuah bahan akan selalu sebanding dengan suhu. Jika suhu
bertambah maka ion-ion pada bahan akan bergetar dengan amplitudo yang makin
besar. Hal ini menyebabkan terjadinya tumbukan elektron sehingga menghalangi penyimpangan elektron dan
akhirnya menghalangi arus yang melintas[4].
II. METODE
Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan
sebagai berikut, yaitu CaCO3 yang dibagi menjadi 3 bagian, Karbon dibagi
menjadi 3 bagian, masing-masing 3 buah
dalam bentuk keping lingkaran (thick sheet), larutan NaCl 2M dan 3M dengan
volume 10 mL, kabel penghubung, penggaris, gelas beker, aquades, pengaduk, 2
buah avometer, dan power supply. Lalu, ukur jarak antar probe pada kabel.
Kemudian, rangkaian alat disusun seperti pada gambar 2.1, di mana probe 2 dan 3
ke voltmeter dan probe 1 dan 4 ke amperemeter. Lalu, dilakukanlah pengukuran
terhadap salah satu keping CaCO3 dan dicatat Voutput dan juga I outputnya.
Untuk variasi, dilakukan dengan cara merendam kepingan CaCO3, baik di dalam
larutan NaCl 2M dan 3 M. Kemudian, ulangi langkah pengukuran terhadap Voutput
dan Ioutputnya. Percobaan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Kemudian juga
ada variasi 4V, 8V, dan 12 V. Perendaman dilakukan selama kurang lebih 15
menit. Untuk percobaan karbon dilakukan langkah yang sama.
Gambar 2.1 Rangkaian percobaan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan
ini, telah didapatkan data tegangan keluaran dan arus keluaran yang ditampilkan pada tabel di bawah sebagai berikut:
Tabel
1. Data hasil percobaan tegangan keluaran dan arus keluaran CaCO3 dengan NaCl
2M
V input (V)
|
Voutput (mV)
|
I output (mA)
|
||
Sebelum direndam
|
Setelah direndam
|
Sebelum direndam
|
Setelah direndam
|
|
4
|
0.4
|
82
|
0
|
1.72
|
0.4
|
186
|
0
|
1.63
|
|
0.4
|
170
|
0
|
1.59
|
|
0.4
|
160
|
0
|
1.44
|
|
0.4
|
113
|
0
|
1.49
|
|
8
|
0.3
|
339
|
0
|
6.13
|
0.3
|
377
|
0
|
6.99
|
|
0.3
|
290
|
0
|
5.28
|
|
0.3
|
283
|
0
|
4.63
|
|
0.3
|
266
|
0
|
4.19
|
|
12
|
0.2
|
211
|
0
|
5.01
|
0.2
|
135
|
0
|
3.23
|
|
0.3
|
149
|
0
|
3.36
|
|
0.3
|
135
|
0
|
3.06
|
|
0.2
|
122
|
0
|
2.9
|
Tabel
2. Data hasil percobaan tegangan keluaran dan arus keluaran CaCO3 dengan NaCl
3M
V
input (V)
|
Voutput
(mV)
|
I
output (mA)
|
||
Sebelum
direndam
|
Setelah
direndam
|
Sebelum
direndam
|
Setelah
direndam
|
|
4
|
0.4
|
45
|
0
|
0.72
|
0.4
|
44
|
0
|
0.71
|
|
0.4
|
45
|
0
|
0.72
|
|
0.4
|
43
|
0
|
0.66
|
|
0.4
|
44
|
0
|
0.67
|
|
8
|
0.3
|
140
|
0
|
1.69
|
0.3
|
72
|
0
|
1.53
|
|
0.3
|
71
|
0
|
1.32
|
|
0.3
|
68
|
0
|
1.33
|
|
0.3
|
64
|
0
|
1.06
|
|
12
|
0.2
|
201
|
0
|
5.12
|
0.2
|
165
|
0
|
5.94
|
|
0.3
|
167
|
0
|
4.66
|
|
0.3
|
201
|
0
|
4.61
|
|
0.2
|
165
|
0
|
4.79
|
Tabel 3. Data hasil percobaan tegangan keluaran dan arus keluaran Karbon
dengan NaCl 2M
V input (V)
|
Voutput (mV)
|
I output (mA)
|
||
Sebelum direndam
|
Setelah direndam
|
Sebelum direndam
|
Setelah direndam
|
|
4
|
11
|
332
|
0
|
0.64
|
11
|
307
|
0
|
0.52
|
|
10
|
321
|
0
|
0.51
|
|
10
|
339
|
0
|
0.5
|
|
11
|
375
|
0
|
0.49
|
|
8
|
8
|
977
|
0
|
1.24
|
7
|
942
|
0
|
1.15
|
|
7
|
887
|
0
|
1.01
|
|
7
|
932
|
0
|
1.2
|
|
6
|
784
|
0
|
0.94
|
|
12
|
2
|
1108
|
0
|
1.33
|
2
|
1030
|
0
|
1.22
|
|
3
|
962
|
0
|
1.46
|
|
3
|
685
|
0
|
0.94
|
|
3
|
735
|
0
|
1.62
|
Tabel 4. Data hasil
percobaan tegangan keluaran dan arus keluaran Karbon dengan NaCl 3M
V
input (V)
|
Voutput
(mV)
|
I
output (mA)
|
||
Sebelum
direndam
|
Setelah
direndam
|
Sebelum
direndam
|
Setelah
direndam
|
|
4
|
11
|
212
|
0
|
0.21
|
11
|
200
|
0
|
0.19
|
|
10
|
204
|
0
|
0.22
|
|
10
|
201
|
0
|
0.17
|
|
11
|
197
|
0
|
0.14
|
|
8
|
8
|
690
|
0
|
0.72
|
7
|
590
|
0
|
0.64
|
|
7
|
586
|
0
|
0.56
|
|
7
|
535
|
0
|
0.55
|
|
6
|
435
|
0
|
0.48
|
|
12
|
2
|
1650
|
0
|
2.91
|
2
|
1451
|
0
|
2.53
|
|
3
|
1350
|
0
|
2.13
|
|
3
|
1213
|
0
|
1.26
|
|
3
|
1266
|
0
|
1.44
|
Dari
tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa pada kondisi sebelum direndam dari CaCO3 ,maka tegangan
yang dikeluarkan kecil sekali, hanya sekitar 0.4 mV. Namun, ketika direndam
dengan larutan NaCl selama 15 menit, maka tegangannya meningkat pesat menjadi
sekitar 82
mV. Begitu pula dengan I outputnya, dari yang sebelumnya tidak terbaca (karena
sangat kecil sekali), menjadi mampu terbaca sebesar 1.72 mV. Sama halnya dengan karbon, sebelum direndam dari karbon, maka
tegangan yang dikeluarkan kecil sekali, hanya sekitar 11 mV. Namun, ketika
direndam dengan larutan NaCl selama 15 menit, maka tegangannya meningkat pesat menjadi sekitar 332 mV. Begitu pula dengan
I outputnya, dari yang sebelumnya tidak terbaca (karena sangat kecil sekali),
menjadi mampu terbaca sebesar 0.64 mV. Namun ketika diberi
tegangan input yang kecil, nilai tegangan outputnya besar dan sebaliknya ketika
diberi tegangan input yang lebih besar, maka tegangan outputnya kecil. Kasus
ini sama pada CaCO3 maupun karbon. Setelah didapatkan tegangan output dan arus
outputnya, maka dapat dihitung nilai resistivitas dan konduktivitasnya
menggunakan persamaan 1.1 dan 1.2 didapatkan hasilnya pada tabel di bawah
sebagai berikut:
Tabel 5. Data hasil
perhitungan konduktivitas dan resitivitas CaCO3
V input (V)
|
2 Molar
|
3 Molar
|
||
|
σ
|
|
σ
|
|
4
|
0.21601
|
4.62933
|
4.62933
|
0.21601
|
0.51703
|
1.93409
|
1.93409
|
0.51703
|
|
0.48444
|
2.0642
|
2.0642
|
0.48444
|
|
0.50344
|
1.9863
|
1.986
|
0.50344
|
|
0.34362
|
2.91012
|
2.91012
|
0.34362
|
|
8
|
0.25057
|
3.99084
|
3.99084
|
0.25057
|
0.24437
|
4.09203
|
4.09203
|
0.24437
|
|
0.24886
|
4.01827
|
4.01827
|
0.24886
|
|
0.2769
|
3.61075
|
3.61075
|
0.2769
|
|
0.28764
|
3.47644
|
3.47644
|
0.28764
|
|
12
|
0.19082
|
5.24033
|
5.24033
|
0.19082
|
0.18937
|
5.28046
|
5.28046
|
0.18937
|
|
0.20092
|
4.97687
|
4.97687
|
0.20092
|
|
0.19989
|
5.00254
|
5.00254
|
0.19989
|
|
0.19061
|
5.24616
|
5.24616
|
0.19061
|
Tabel 6. Data hasil
perhitungan konduktivitas dan resitivitas Karbon
V input (V)
|
2 Molar
|
3 Molar
|
||
|
σ
|
|
σ
|
|
4
|
2.3504
|
0.42544
|
0.42544
|
2.3504
|
2.67504
|
0.37382
|
0.37382
|
2.67504
|
|
2.85188
|
0.35064
|
0.35064
|
2.85188
|
|
3.07203
|
0.32551
|
0.32551
|
3.07203
|
|
3.46762
|
0.28838
|
0.28838
|
3.46762
|
|
8
|
3.57
|
0.28011
|
0.28011
|
3.57
|
3.7115
|
0.26943
|
0.26943
|
3.7115
|
|
3.97922
|
0.2513
|
0.2513
|
3.97922
|
|
3.51909
|
0.28416
|
0.28416
|
3.51909
|
|
3.77906
|
0.26461
|
0.26461
|
3.77906
|
|
12
|
3.77471
|
0.26492
|
0.26492
|
3.77471
|
3.82537
|
0.26141
|
0.26141
|
3.82537
|
|
2.98551
|
0.33495
|
0.33495
|
2.98551
|
|
3.30186
|
0.30285
|
0.30285
|
3.30186
|
|
2.05574
|
0.48644
|
0.48644
|
2.05574
|
Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula hasil
konduktivitasnya. Hal ini yang menyebabkan besarnya resistansi. Karena semakin
besar pita terlarang maka diperlukan
energi yang besar agar elektron dapat berpindah. Nilai resisitivitas maupun konduktivitas suatu bahan
dipengaruhi oleh bentuk molekul, ukuran molekul, suhu, massa jenis, dan fase
dari bahan tersebut. Untuk nilai
konduktivitas, dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa pada larutan dengan
konsentrasi 3M lebih besar dari nilai konduktivitas di 2M. Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi larutan, maka akan semakin
banyak pula ion – ion yang bergerak bebas di larutan dan mampu masuk ke dalam
kapur, sehingga ototmatis lebih mampu menghantarkan listrik. Bila dilihat antara sebelum
terendam larutan NaCl dan sesudah rendaman, terlihat perbedaan, di mana arus
dan tegangan yang dihasilkan lebih besar. Hal ini terjadi pertama karena adanya
pertukaran ion di dalam larutan elektrolit NaCl ke dalam kapur, yang memiliki
pori–pori banyak sehingga ion–ion tersebut memasuki kapur maupun arang.
Dari data yang
telah diperoleh, maka dapat dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 3.1 Hubungan
antara Vin dan Iout pada CaCO3
Gambar 3.1 Hubungan antara Vin dan Iout pada
arang
Dari grafik hubungan antara
Vin dan Iout pada Gambar 3.1 dan 3.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai risitivitas sangat
tinggi maka arus yang keluar rata – rata
adalah nol. Terdapat arus yang mengalir, namun karena nilainya yang sangat
kecil sehingga membuat nilai arus tersebut tidak terbaca
pada AVO meter. Nilai rata-rata resistivitas pada arang adalah 3,2613 Ω.m (2 molar) dan
0,3176 Ω.m (3 molar). Nilai rata-rata konduktivitas pada arang adalah 0,3176 Ω-1
cm-1 (2 molar) dan 3,2613 Ω-1
cm-1 (3 molar). Nilai rata-rata resistivitas pada kapur adalah 0,2896 Ω.m (2
molar) dan 3,8973 Ω.m (3 molar). Nilai
rata-rata konduktivitas pada kapur adalah 3,8973 Ω-1 cm-1
(2 molar) dan 0,2896 Ω-1 cm-1 (3 molar).
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula hasil konduktivitasnya.
Hal ini yang menyebabkan besarnya resistansi. Karena semakin besar pita
terlarang maka diperlukan energi yang besar agar elektron dapat
berpindah. Nilai resisitivitas maupun konduktivitas suatu bahan dipengaruhi
oleh bentuk molekul, ukuran molekul, suhu, massa jenis, dan fase dari bahan
tersebut. Nilai rata-rata resistivitas pada arang adalah 3,2613 Ω.m (2 molar) dan
0,3176 Ω.m (3 molar). Nilai rata-rata konduktivitas pada arang adalah 0,3176 Ω-1
cm-1 (2 molar) dan 3,2613 Ω-1
cm-1 (3 molar). Nilai rata-rata resistivitas pada kapur adalah 0,2896 Ω.m (2
molar) dan 3,8973 Ω.m (3 molar). Nilai
rata-rata konduktivitas pada kapur adalah 3,8973 Ω-1 cm-1
(2 molar) dan 0,2896 Ω-1 cm-1 (3 molar).
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Nofyantika W, Ayu Ningsih, Riska Ainun Nisa selaku asisten, rekan-rekan
praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum Akustik tentang konduktivitas
listrik dengan metode four point probe dalam melakukan percobaan dan
penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[421]
Abdullah, M.H. 1990. Sifat dan kegunaan Semikonduktor.
Selangor : DBP
[422]
Saefudin dan Edi Herianto,“Perbandingan Sifat Mekanik
Kabel Listrik Berbagai Ukuran Dengan Merk Berbeda.” Pusat Penelitian Metalurgi
(P2M)-LIPI.ISSN 1411-2213
[423]
Marten Ranteala, Erwin Abdul Rauf, Khairul Basar.
“Penentuan Konduktivitas Logam dengan Arus Induksi dan Penabiran Magnetik”.
ISBN 978-602-19655-1-1
[424]
Naris, Wahyu W. 2012. Mengenal Sifat Listrik Material
Serta Menentukan Nilai Resistivitas Dan Konduktivitas Batu Arang (C) dan
[425]
Batu Kapur (CaCO3) Dengan Metode Four Point Probe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar