Senin, 17 Maret 2014

Rangkaian Seri Dan Paralel (E2)



Rangkaian Seri dan Paralel (E2)

Seni Ramadhanti S, Gusti Rana Fahlevi, Endarko, M.Si.,Ph.D.
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Email: ramadhanti.rama@gmail.com

AbstrakTelah dilakukan percobaan tentang rangkaian seri dan pararel. Percobaaan rangkaian seri dan pararel ini menggunakan prinsip hukum Ohm dan hukum Kirchoff. Pada percobaan dibagi menjadi dua percobaan yaitu percobaan seri untuk mencari tegangan pada tiap-tiap resistor dan percobaan pararel untuk mencari arus pada resistor yang dipararelkan. Dimana variasi dilakukan pada sumber tegangan 3V, 6V, 9V, dan 12V untuk percobaan rangkaian seri. Sedangkan untuk percobaan rangkaian paralel sumber tegangannya sebesar 3V dan 4,5V. Dengan resistor sebesar masing-masing 20Ω, 100Ω, 1000Ω dan 33000Ω. Percobaan diulangi dalam pengukuran sebanyak 4 kali untuk rangkaian seri dan 1 kali untuk rangkaian paralel. Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada rangkaian seri, besar arus pada tiap-tiap resistornya sama dan penjumlahan besar tegangan pada tiap-tiap resistornya akan sama dengan tegangan yang masuk pada rangkaian sehingga rangkaian seri disebut dengan pembagi tegangan. Sedangkan pada rangkaian pararel, tegangan pada tiap-tiap resistornya yang dipasang secara paralel akan sama dan jumlah arus pada tiap resistornya sama dengan arus totalnya sehingga disebut dengan pembagi arus.

Kata KunciArus, Tegangan, Rangkaian Seri, Rangkaian Pararel, Resistor.

I.     PENDAHULUAN

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk mengukur jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan symbol Ω (omega). Arus listrik merupakan laju muatan aliran listrik yang melalui suatu luasan penampang lintang. Diamana muatan-muatan pada kawat mengalir pada kawat tertentu. Jadi jika dituliskan pada rumus,
                                                                                    (1)

Dimana satuan SI untuk arus adalah ampere (A) [1]. Hukum Ohm menyatakan bahwa:
                                                                                   (2)

Rangkaian seri adalah apabila beberapa resistor dihubungkan secara berturut-turut (sejajar). Para rangkaian seri, resistor haruslah membawa arus yang sama. Sehingga dalam hukum Ohm, jika resistor membawa arus yang sama tegangan pada setiap resistor harus dijumlahkan untuk mendapatkan tegangan total pada rangkaian. Selain itu hambatan total pada rangkaian juga merupakan jumlah-jumlah dari hambatan yang dipasang secara seri. Jadi seperti pada persamaan di bawah ini. Pemasangan resistor secara seri juga dikenal sebagai pembagi tegangan [2].
                                                                                   (3)                 
Sedangkan rangkaian pararel adalah salah satu rangkain listrik yang disusun berderet (paralel). Pada rangkaian paralel berlaku hukum Kirchoff yaitu menyatakan bahwa I masuk sama dengan I keluar. Misalkan I adalah arus yang mengalir pada a ke b, pada titik a arus terpecah menjadi dua bagian, I1 ke resistor 1 dan I2 ke resistor 2. Maka dengan menggunakan hukum Kirchoff, I total yang mengalir tersebut adalah penjumlahan I1 dan I2. Sedangkan untuk tegangan yang jatuh pada kedua resistor tersebut memiliki persamaan berikut.
                                           (4)                                 
Dengan penurunan rumus yang menggunakan prinsip Ohm dan hukum Kirchoff maka dengan mudah didapatkan R total jika dipasangkan secara pararel seperti pada persam,aan berikut [3].
                                  (5)

Tegangan DC merupakan listrik yang arah arusnya searah. Sedangkan tegangan AC merupakan listrik yang besar dan arah arusnya selalu berubah-ubah dan bolak balik. Rangkaian pembagi tegangan ini biasa disebut rangkaian pembagi potensial. Input ke sebuah rangkaian pembagi tegangan adalah tegangan Vin. Tegangan ini menggerakan arus I untuk mengalir melewati kedua resistor. Karena kedua resistor terhubung secara seri, arus yang sama besarnya mengalir melewati tiap-tiap resistor. Menurut Hukum Ohm, arus yang mengalir adalah
                                                                                (6)

Dengan menggunakan Hukum Ohm lagi, tegangan pada resistor R2 adalah :
                                                                              (7)

Mensubstitusikan I dengan persamaan diatas menghasilkan [4].
                                                                   (8)

II.     METODE

Dalam praktikum rangkaian seri dan pararel (E2) alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain sumber tegangan DC, 2 buah resistor masing-masing 10kΩ dan 15kΩ, 1 buah VOM atau Multimeter, dan yang terakhir 1 buah Project Board. Pada praktikum ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama percobaan pada rangkaian seri dan yang kedua percobaan rangkaian pararel. Pada rangkaian seri, pertama dipasangkan rangkain seperti pada gambar 1.
 
Gambar 1. Rangkaian Seri


Lalu rangkaian dihubungkan dengan sumber tegangan DC dengan variasi tegangan 3V, 6V, 9V dan 12V. Diukur tegangan pada tiap-tiap resistor menggunakan VOM dengan memasang pararel. Diulangi percobaan ini sebanyak empat kali. Pada percobaan ini didapatkan tegangan pada R (20Ω), R (100Ω), R (1000Ω), dan R (33000Ω). Lalu dihitung tegangan pada masing-masing R tersebut menggunakan rumus pembagi tegangan pada persamaan (8). Kemudian dibandingkan hasil perhitungan tegangan hasil pengukuran dengan tegangan hasil perhitungan.
Pada perhitungan, juga dicari tegangan minimum dan maksimum pada tiap-tiap resistor. Pertama kali dihitung tegangan maksimum dan minimum resistor dengan menggunakan persamaan:
                     (9)
                         (10)

Angka 10% digunakan pada resistor (20Ω), sedangkan 5% digunakan pada resistor (100Ω), (1000Ω) dan (33000Ω). Lalu dihitung besar V minimum dan V maksimum pada percobaan dengan menggunakan persamaan:
                   (11)

              (12)

Pada percobaan yang kedua yaitu rangkaian pararel digunakan variasi tegangan 3V dan 4.5V. Hambatan yang digunakan sama dengan percobaan seri yaitu 20Ω, 100Ω, 1000Ω dan 33000Ω. Lalu dirangkai rangkaian seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian Paralel



Diukur arus yang mengalir pada tiap-tiap resistor dengan dipasangnya VOM seri pada resistor-resistor tersebut. Data yang didapatkan dari percobaan ini adalah arus pada masing-masing resistor tersebut. Dihitung arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah:
                                                                              (13)

Sedangkan untuk mengukur arus total, pertama dicari dulu resistor pengganti pada rangkaian pararel dengan  persamaan:
                                               (14)

Lalu dihitung arus minimum dan maksimum pada rangkaian dengan menggunakan persamaan :
                                                                        (15)

                                                                 (16)
Kemudian dibandingkan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran.
Dalam penghitungan melalui persamaan-persamaan diatas, diperlukan perhitungan error seperti persamaan:
                                   (17)

                                 (18)

III.     HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Rangkaian Seri

Pada percobaan rangkaian seri yang telah dilakukan didapatkan data pada tabel berikut.

Tabel 1 Percobaan Seri
Resistor
Tegangan
1
2
3
4
R1 (20Ω)
V1 ukur
0,002
0,003
0,005
0,007
V1 hitung
0,0018
0,0035
0,0053
0,0070
R2 (100Ω)
V2 ukur
0,01
0,02
0,028
0,03
V2 hitung
0,0088
0,0176
0,0264
0,0352
R3 (1000Ω)
V3 ukur
0,1
0,18
0,27
0,36
V3 hitung
0,0879
0,1758
0,2638
0,3517
R4 (33000Ω)
V4 ukur
3,29
6,39
9,41
12,56
V4 hitung
2,9015
5,8030
8,7046
11,6061

Sedangkan nilai error pada percobaan adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 2 Error pada percobaan rangkaian seri
Tegangan
Eror 1 (%)
Eror 2 (%)
Eror 3 (%)
Eror 4 (%)
V1 ukur
0,137
-0,147
-0,052
-0,005
V2 ukur
0,137
0,137
0,062
-0,147
V3 ukur
0,137
0,024
0,024
0,024
V4 ukur
0,134
0,101
0,081
0,082

Dapat diketahui nilai resistansi maksimum dan minimum dari persamaan (9) dan (10) dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut.


Tabel 3 Resistansi maksimum dan minimum
No
Resistor
R maks (Ω)
R min (Ω)
1
R1 (20Ω)
22
18
2
R2 (100Ω)
105
95
3
R3 (1000Ω)
1050
950
4
R4 (33000Ω)
34650
31350

Lalu didapatkan juga tegangan maksimum dan minimum pada tiap-tiap resistor seperti pada tabel berikut.

Tabel 4 Tegangan maksimum dan minimum
No
V
V maks (V)
V min (V)
1
3
0,00204
0,001666
2
6
0,01944
0,01758
3
9
0,29065
0,262972
4
12
11,6428
10,53398

Dilihat data yang dapat diambil pada percobaan. Pada tabel yang pertama nilai tegangan yang terukur jika dijumlahkan akan mendekati dengan tegangan masukan. Nilai tegangan yang terukur juga mendekati dengan tegangan hitung, tetapi tegangan yang terukur selalu lebih besar dengan tegangan hitung. Hal ini dikarenakan adanya tegangan dalam pada rangkaian tersebut. Diketahui bahwa tegangan dipengaruhi besar arus yang masuk pada suatu rangkaian dan hambatan pada rangkaian tersebut. Jadi jika hambatan pada rangkaian tersebut naik maka tegangan juga akan naik.

Dari data yang telah diperoleh, maka dapat dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut.

          Gambar 3 Grafik V hitung terhadap V ukur R1 dan R2


  Gambar 4 grafik V hitung terhadap V ukur R3 dan R4

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai V hitung akan semakin meningkat Pada saat  tegangan V ukurnya semakin besar. Grafik di atas merupakan grafik linear. Baik itu dari gambar 3 maupun gambar 4.
Pada percobaan ini dapat diketahui pada rangkaian seri tegangan totalnya merupakan penjumlahan tegangan-tegangan pada rangkaian yang juga dipasang seri. Selain rangkaian seri merupakan pembagi tegangan. Jadi pada setiap hambatan yang dipasangkan secara seri akan memiliki tegangan yang berbeda-beda tetapi jumlah tegangan-tegangan yang berbeda tersebut akan sama dengan tegangan masukan.

B.     Rangkaian Paralel

Pada percobaan rangkaian paralel yang telah dilakukan didapatkan data seperti berikut.

Tabel 5 Percobaan Pararel
Resistor
R1 (20Ω)
R2 (100Ω)
R3 (1000Ω)
R4 (33000Ω)
V1 = 3V
I1 ukur (mA)
142,3
30
3,2
0,123
I1 hitung (mA)
150
30
3
0,091
V2 = 4,5 V
I2 ukur (mA)
46,1
42,1
4,5
0,169
I2 hitung (mA)
225
45
4,5
1,136

Dari percobaan rangkaian pararel, dihitung error pada setiap percobaannya seperti pada tabel berikut.

Tabel 6 Perhitungan Error Pararel
Eror
R1 (20Ω)
R2 (100Ω)
R3 (1000Ω)
R4 (33000Ω)
I1 (%)
-0,51
0
0,07
0,35
I2 (%)
-0,80
-0,06
0
0,24

Lalu didapatkan juga arus maksimum dan minimum pada tiap-tiap resistor seperti pada tabel berikut.

Tabel 7 Arus maksimum dan minimum
No
Resistor
I maks (A)
I min (A)
1
R1 (20Ω)
0,1667
0,2045
2
R2 (100Ω)
0,0316
0,0429
3
R3 (1000Ω)
0,0032
0,0043
4
R4 (33000Ω)
0,0001
0,0001

Untuk rangkaian pararel, digunakan juga multimeter digital dengan dipasangnya secara seri dengan rangkaian untuk mendapatkan arus yang mengalir. Pada penggunaannya,VOM juga tidak bisa berhenti pada suatu nilai tertentu. Sehingga praktikan menetapkan nilai terbesar pada pengukurannya.
Dari data yang didapatkan bisa kita ketahui pada rangkaian paralel tegangannya akan sama tetapi berbeda dengan arus listriknya. Arus listriknya akan dijumlahkan sehingga arus listrik yang masuk pada tegangan yang diparalel jumlahnya akan sama dengan jumlah arus-arus pada rangkaian paralelnya. Jika dijumlahkan arus yang terukur pada tiap-tiap rangkaian, nilainya akan mendekati nilai tersebut.
Dari data yang telah diperoleh, maka dapat dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 5 grafik I hitung terhadap I ukur V1 dan V2

Dari gambar 5 di atas, grafik I hitung terhadap I ukur V1 dan V2 tidak linear. Namun I hitung semakin besar pada saat nilai I ukur meningkat.
Pada percobaan dapat diketahui bahwa rangkaian paralel merupakan rangkaian pembagi arus. Sesuai dengan hukum kirchoff yang menyatakan bahwa arus yang masuk sama dengan arus yang keluar. Dapat dibuktikan dengan menghitung arus total pada rangkaian yang mendekat dengan jumlah arus-arus pada rangkaian paralel.

IV.     KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada rangkaian seri, besar arus pada tiap-tiap resistornya sama dan penjumlahan besar tegangan pada tiap-tiap resistornya akan sama dengan tegangan yang masuk pada rangkaian sehingga rangkaian seri disebut dengan pembagi tegangan  sedangkan pada rangkaian pararel, tegangan pada tiap-tiap resistornya yang dipasang secara pararel akan sama dan jumlah arus-arus pada tiap resistornya sama dengan arus totalnya sehingga disebut dengan pembagi arus.

LAMPIRAN

1.       Perhitungan Tegangan Rangkaian Seri
Contoh :
Diket      R1 = 20Ω
R2  = 100 Ω
R3  = 1000Ω
R4  = 33000Ω
V   = 3V
Dicari Vr1 = … Ω
Jawab :
Vr1 =  (pers. 3)
Rtot = R1+R2+R3+R4
         = 34120 Ω
Vr1 = 20 / (34120x3)
                 = 0.001758 V
(lihat tabel 1)
2.       Perhitungan tegangan minimum dan maksimum
Contoh :
Diket      R1maks = 22
R1min = 18
R2 min = 95
R3 min = 950
R4 min = 31350
V1ukur = 3V
Dicari Vmin1 = …
           Vmaks1 = …
Jawab:
   (pers. 11)
                = 18 / (22+95+950+31350) x 3
                = 0.001666 V
(lihat tabel 4)
 (pers. 12)
                = 22 / (22+95+950+31350) x 3
                = 0.002036 V
(lihat tabel 4)
3.       Perhitungan Error rangkaian Seri
Diket      V1hitung = 2,4V
V1ukur = 2,5V
Dicari Error = … %
Jawab:
Error =  (pers. 17)
                   = (0,002-0,001758)/ 0,002 x 100%
                   = 0.137 %
(lihat tabel 2)
4.       Perhitungan Arus pada rangkaian Pararel
Contoh :
Diket: R1 = 20 Ω
     V = 3V
Dicari Ir1= … mA
Jawab:
 (pers. 13)
      = 3/20
       = 0,15 A = 150 Ma
(lihat tabel 5)
5.       Perhitungan Error pada Pararel
Diket: I1hitung = 150 mA
     I1ukur = 142,3 mA
Dicari Error = … %
Jawab:
 Error = (pers. 18)
            = (142,3-150)/150 x 100%
                     = -0.051 %
(lihat tabel 6)
6.       Perhitungan arus minimum dan maksimum
Diket: V1= 3V
            V2= 4,5V
             Rmaks= 22Ω
             Rmin= 18Ω
Dicari Imin=… A
            Imaks=… A
Jawab:
  (pers. 15)
        = 4,5/22
                  = 0.2045 A
 (pers. 16)
           = 3/18
            = 0,1667 A
(lihat tabel 7)

Tugas Tambahan:
1.       Berapa frekuensi PLN di Indonesia?
2.       Resistor yang digunakan dalam percobaan merupakan resistor jenis apa?
3.       Apa bedanya rangkaian kombinasi dengan rangkaian jembatan wheatstone?
Jawaban:
1.       Frekuensi PLN di Indonesia adalah 50 Hz
2.       Resistor yang digunakan dalam percobaan rangkaian seri dan paralel adalah resistor tetap.
3.       Perbedaannya yaitu pada rangkaian jembatan wheatstone untuk mengukur hambatan yang belum diketahui. Sedangkan rangkaian kombinasi untuk mencari besarnya hambatan pengganti dengan cara mencari hambatan masing-masing.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Gusti Rana Fahlevi selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

[1]   Freedman, Young. 2012. “Fisika Universitas”. Jakarta: Erlangga.
[2]   Giancolli. 2001. ”Fisika edisi kelima”. Jakarta: Erlangga.
[3]   Tipler, Paul A. 2001. “FISIKA untuk Sains dan Teknik”. Jakarta: Erlangga.
[4]   Bishop, Owen. 2004. “Dasar – Dasar Elektronika”. Jakarta: Erlangga.