Kamis, 20 November 2014

Lapres Heat Treatment



Uji Kekerasan Bahan Logam Kuningan pada Perlakuan Panas dengan Menggunakan Beberapa Media Pendingin
Seni Ramadhanti S, Ridlo F
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Email: ramadhanti.seni12@mhs.physics.its.ac.id
AbstrakTelah dilakukan percobaan Uji Kekerasan  Bahan Logam Kuningan pada Perlakuan Panas dengan Menggunakan Beberapa Media Pendingin. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses heat treatment, untuk menentukan nilai kekerasan material (Hardness Vickers), dan untuk mengetahui pengaruh heat treatment terhadap sifat mekanik material. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain empat buah logam kuningan sebagai objek penelitian, satu buah alat pemotong  untuk memotong batang kuningan menjadi empat bagian, satu buah mesin grinding sebagai alat untuk meratakan dan menghaluskan kuningan, tiga buah amplas dengan mesh 220, 800, dan 1000, satu buah alat Microhardnes Vickers untuk mengukur kekerasan logam kuningan, tiga media pendingin yaitu oli, air garam, dan aquase. Satu buah kompor untuk memanaskan logam kuningan.  Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses heat treatment yang digunakan adalah quenching. Quenching merupakan tahap yang paling kritis dalam proses perlakuan panas. Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat dalam dapur pemanas kedalam media pendingin. Nilai HV dari masing-masing sampel adalah 169.1 untuk sampel yang tidak di heat treatment, 148.15 untuk air, 184.85 untuk air garam, dan 183.3 untuk oli. Nilai kekerasan kuningan setelah dicelupkan ke dalam air jauh lebih kecil dari pada dicelupkan ke dalam oli dan air garam. Namun nilai kuningan yang tidak mendapat perlakuan panas lebih kecil nilainya dari oli dan air garam.  Hal ini dikarenakan oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya sangat lambat. Semakin tinggi kekentalan suatu fluida, maka semakin tinggi pula kecepatannya untuk mendinginkan suatu material logam yang telah dipanaskan.

Kata Kunci Heat Treatment, Kuningan, Quenching, Viskositas

I.     PENDAHULUAN

Suatu bahan mempunyai beberapa sifat seperti sifat mekanik, sifat fisis, maupun sifat kimia. Salah satu sifat mekanik dari suatu material adalah kekerasan (Hardness). Pada dasarnya kekerasan (Hardness) merupakan kemampuan material untuk menahan beban yang berasal dari luar. Sifat ini dapat diamati dan diubah sesuai kebutuhan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Salah satu metode yang digunakan untuk mengubah tingkat kekerasan suatu benda adalah dengan Heat Treatment. Perlakuan panas atau heat treatment adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan logam pada tungku pada temperatur rekristalisasi selama periode tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda[2].
Berikut ini adalah beberapa proses Heat Treatment diantaranya Annealing, Normalizing, Quenching dan Tempering. Quenching merupakan tahap yang paling kritis dalam proses perlakuan panas. Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat dalam dapur pemanas kedalam media pendingin. Anneling adalah proses suatu proses perlakuan panas (heat treatment) yang sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat. Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehingga baja dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki Yield srength, Ultimate Tensile Strength, kekerasan, dan impak strength akan lebih tinggi dari pada hasil full annealing. Tempering yaitu suatu proses pemanasan logam pada suhu dibawah suhu kritis, kemudian dilakukan pendinginan dengan media tertentu secara perlahan[3].
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu  antara 1 sampai 1000 gram. Sedangkan, Mikrohardness test atau sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik. Data yang didapatkan berupa nilai kekerasan yang disebut HV. Nilai kekerasan vickers dapat diperoleh dengan mensubtitusikan hasil penekanan yang diperoleh pada alat uji ke dalam persamaan:

Hv = 1.8554 . F / D2………………….(1)

Dengan F adalah beban dalam kgf dan D adalah diagonal (mm)[1]. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya gesek antarlapisan fluida ketika satu lapisan bergerak melewati lapisan yang lain. Hubungan viskositas dengan percobaan ini adalah ketika viskositas suatu fluida semakin kental, maka laju pendinginan akan semakin lambat. Begitupun sebaliknya, jika viskositasnya kecil, maka laju pendinginannya akan semakin cepat[4].

II.     METODE


Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut, yaitu empat buah logam kuningan sebagai objek penelitian, satu buah alat pemotong  untuk memotong batang kuningan menjadi empat bagian, satu buah mesin grinding sebagai alat untuk meratakan dan menghaluskan kuningan, tiga buah amplas dengan mesh 220, 800, dan 1000, satu buah alat Microhardnes Vickers untuk mengukur kekerasan logam kuningan, tiga media pendingin yaitu oli, air garam, dan aquase. Satu buah kompor untuk memanaskan logam kuningan. Langkah percobaan dimulai dengan memotong kuningan menjadi empat bagian. Kemudian kuningan tersebut digrinding dengan amplas berturut-turut dengan mesh 220, 800, dan 1000. Setelah itu tiga kuningan dibakar dengan suhu ±400ÂșC selama ±15 menit. Setelah dipanaskan tiga kuningan diletakkan di tiga media pendingin yang berbeda. Selama beberapa menit. Kemudian keempat kuningan diuji kekerasan dengan mikrohardness Vickers dengan dua kali pengambilan data sehingga didapatkan nilai kekerasannya
Berikut adalah flowchart cara kerja percobaaan ini:
Air garam
Uji Micro Hardness
Finish
Oli
Start
Kuningan dipotong menjadi empat bagian
Kuningan digrinding dengan mesh 220, 800, dan 1000
Kuningan dipanaskan ±15 menit
Quenching
Aquase
 
























Gambar 2.1 Flow Chart
Gambar 2.2 Skema Alat

III.     HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, telah didapatkan data nilai kekerasan dari kuningan yang ditampilkan pada tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nilai Kekerasan Kuningan setelah melalui proses Quenching
Jenis
Fluida
HV
Rata-rata
1
2
Original
170
168.2
169.1
Air
154.6
141.7
148.15
Air garam
184.7
185
184.85
Oli
184.5
182.1
183.3

Pada percobaan ini, proses heat treatment yang digunakan adalah quenching. Quenching merupakan tahap yang paling kritis dalam proses perlakuan panas. Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat dalam dapur pemanas kedalam media pendingin. Dari hasil percobaan didapatkan nilai kekerasan kuningan setelah dicelupkan ke dalam air jauh lebih kecil dari pada dicelupkan ke dalam oli dan air garam. Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam. Laju pendinginannya lebih lambat dari air garam. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Oleh karena itu viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin cepat. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya sangat lambat. Semakin tinggi kekentalan suatu fluida, maka semakin tinggi pula kecepatannya untuk mendinginkan suatu material logam yang telah dipanaskan. Dalam hal ini, oli memiliki tingkat kekentalan paling tinggi dibandingkan dengan kedua fluida yang lain, sehingga oli lebih cepat mendinginkan kuningan yang telah dipanaskan. Sedangkan air memiliki tingkat kekentalan paling rendah, sehingga air lebih lambat mendinginkan kuningan yang telah dipanaskan.
Nilai HV dari masing-masing sampel adalah 169.1 untuk sampel yang tidak di heat treatment, 148.15 untuk air, 184.85 untuk air garam, dan 183.3 untuk oli. Jika ditinjau berdasarkan teori, cairan dengan kekentalan tinggi seperti oli akan memengaruhi kecepatan quenching. Semakin rendah kekentalan dari suatu cairan media quenching,  maka semakin cepat pendinginannya. Akibatnya material yang telah diperlakukan panas akan mempertahankan kekerasannya. Dengan kata lain, semakin tinggi viskositas media quenching, semakin besar nilai HV nya.

Gambar 3.1 nilai HV dari air garam

Gambar 3.2 nilai HV dari oli
  Gambar 3.2 nilai HV dari original sampel

Gambar 3.2 nilai HV dari air

IV.     KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses heat treatment yang digunakan adalah quenching. Quenching merupakan tahap yang paling kritis dalam proses perlakuan panas. Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat dalam dapur pemanas kedalam media pendingin. Nilai HV dari masing-masing sampel adalah 169.1 untuk sampel yang tidak di heat treatment, 148.15 untuk air, 184.85 untuk air garam, dan 183.3 untuk oli. Nilai kekerasan kuningan setelah dicelupkan ke dalam air jauh lebih kecil dari pada dicelupkan ke dalam oli dan air garam. Namun nilai kuningan yang tidak mendapat perlakuan panas lebih kecil nilainya dari oli dan air garam.  Hal ini dikarenakan oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya sangat lambat. Semakin tinggi kekentalan suatu fluida, maka semakin tinggi pula kecepatannya untuk mendinginkan suatu material logam yang telah dipanaskan.
UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ridlo F. selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum densitas dan porositas zat padat dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

[1]     Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons, 2002.
[2]     Laurance H. Van Vlack.2001. Elemen-elemen  Ilmu dan Rekayasa Material Edisi keenam. Erlangga : Jakarta.
[3]     Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992. Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua). Pradnya Paramita :Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar