Minggu, 23 November 2014

Lapres Konduktivitas Termal



Pengukuran Konduktivitas Termal Material Serbuk Kayu
Seni Ramadhanti S, Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita Narsisca
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Email: ramadhanti.seni12@mhs.physics.its.ac.id

AbstrakTelah dilakukan percobaan pengukuran konduktivitas termal material serbuk kayu. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konduktivitas termal material pada pengaplikasiannya. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain pyrometer, kompor listrik, kassa, gelas, air, tisu, timer, 2 buah Alumunium (l = 3cm), dan 3 buah material sampel (serbuk kayu) dengan l masing-masing = 0,5 cm, 1 cm, 1,5 cm. Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm  sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm  sebesar 65,1690 W/moC. Hubungan panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan  persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.
Kata Kunci Alumunium, Kayu, Konduktivitas termal, Suhu

I.     PENDAHULUAN


Terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan energi panas secara konduksi merupakan perpindahan energi panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa adanya perpindahan dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda padat, cair maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut. Jika zat mendapat energi panas maka energi panas tersebut digunakan untuk menggetarkan partikel-partikel zat tersebut. Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih besar ini, memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui tumbukan sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Begitu seterusnya partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Sampai semua material telah rata mendapatkan panas. Perpindahan panas dengan proses konveksi terjadi hanya pada benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara fisik. Pada saat energi panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas maka benda cair itu akan mengalami perubahan phasa. Perpindahan panas dengan proses radiasi berbeda dengan proses konduksi maupun konveksi. Energi radiasi dirambatkan menggunakan gelombang elektromagetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan perbedaan temperatur dan tanpa medium penghantar[1].
Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas suatu material. Konduktivitas panas merupakan property dari suatu material yang menentukan kemampuan suatu benda menghantarkan panas. Materi yang memiliki konduktivitas panas rendah dapat disebut dengan isolator yang baik. Setiap materi memiliki lebar batasan dari konduktivitas panas. Konsep dasar dari konduktivitas panas adalah kecapatan dari proses difusi energi kinetic molekuler pada suatu material yang menghantarkan panas[2].
Konsuktivitas termal logam murni, pada umumnya berkurang sesuai dengan suhunya. Konduktivitas termal bahan yang homogen biasanya sangant bergantung  pada densitas, yaitu massa bahan dibagi dengan volume total. Dalam volume total ini termasuk juga volume rongga, seperti kantong-kantong udara yang terdapat di dalam batas-batas bahan itu. Konduktivitas bergantung juga pada suhu. Sebagai kaidah umum k bahan-bahan tak homogen bertambah tinggi jika suhu dan densitas makin tinggi. Atom-atom dalam zat padat bergetar disekitar posisi pertengahan ketika temperaturnya dinaikkan. Frekuensi dari getaran berjumlah terbatas dan di atas temperatur karakteristik tidak tergantung pada temperaturnya. Saat temperature naik, hanya amplitudo getarannya saja yang dapat naik. Kenaikan amplitude getaran ini mempunyai beberapa efek yang menarik. Setiap mode getaran dapat dibayangkan sebagai sebuah tipe ketidaksempurnaan dalam periodisitas kristal yang sebenarnya, yang dapat direpresentasikan dengan sebuah fonon dengan energi hv berpropagasi melalui kristal. Fonon adalah fenomena yang muncul dari kuantisasi system Fisika. Fonon dapat ditemui dalam sistem kristal. Jadi, Fonon adalah partikel yang terdapat dalam gelombang elastik. Konduktivitas termal zat menunjukkan bahwa logam merupakan konduktor termal yang baik daripada non logam, seperti kayu, karena mobilisasi elektron ikut berpartisipasi dalam konduktivitas listrik dan juga ikut berperan dalam transfer energi panas[3].

II.     METODE

Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut, yaitu dua silinder logam alumunium dengan panjang masing-masing 3 cm, padatan serbuk kayu, kompor listrik, pirometer, air, penjepit dan stopwatch. Pyrometer merupakan sebuah alat dengan sensor  suhu yang berfungsi untuk mengukur suhu suatu benda dengan mengarahkan pointer tepat pada titik tengah benda yang akan diukur suhunya. Al adalah sebagai material referensi yang telah diketahui koefisien konduktivitasnya, sebagai pembanding untuk material sampel agar dapat diketahui koefisien konduktivitasnya. Serbuk kayu adalah sebagai material sampel yang akan dicari konduktivitasnya. Langkah awal pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian diukur panjang masing-masing untuk material referensi dan material sampel. Diletakkan kasa diatas api sebagai alas. Lalu disusun material seperti tampak pada gambar 1 dan ditentukan T1, T2, T3, dan T4 nya. Kemudian dinyalakan kompor listrik, dan bahan dipanaskan selama 5 menit. Setelah 5 menit, bahan diangkat satu persatu dengan penjepit dan diukur masing-masing suhunya dengan menggunakan pyrometer seperti pada gambar 2. Setelah suhu diukur, bahan didinginkan dengan cara memasukkannya ke dalam gelas beker yang telah diisi air, kemudian bahan dikeringkan dengan tisu. Diulangi langkah diatas sebanyak 3 kali untuk material sampel dengan panjang 1 cm dan 1.5 cm.

Gambar 2 Dua Alumunium dan serbuk kayu


Gambar 2 pengukuran suhu menggunakan pyrometer
Gambar 3 pyrometer

Berikut adalah flow chart percobaan:

Kompor listrik dinyalakan selama 5 meint




Selesai
Mulai
Disiapkan alat dan bahan
Diukur panjang material sampel dan material referensi
Sampel disusun berada diantara 2 alumunium

Semua sampel sudah dipakai?
Dilakukan pengulangan 3 kali

Diukur suhu menggunakan pirometer

 






























Gambar 3 Flow chart

Rumus untuk mencari k sampel:

III.     HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, telah didapatkan data hasil percobaan masing-masing sampel yang ditampilkan pada tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l=0.5 cm

No
T1
T2
T3
T4
1
35
47
51
52
2
34
73
53
62
3
37
47
57
67

Tabel 3.2 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l=1 cm
No
T1
T2
T3
T4
1
36
45
49
51
2
34
42
45
50
3
37
48
51
59

Tabel 3.3 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l= 1.5 cm
No
T1
T2
T3
T4
1
32
36
45
46
2
35
45
56
60
3
34
41
51
60

Dari tabel diatas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai konduktivitas termal sampel yaitu sebagai berikut:
Diketahui :     = T4-T3 = 52-51
                         = T2-T1 = 47-35
                        Ls = 0.005 m
                        Lr = 0.03 m
                        K referensi  = 202 W/m
                        q     = 1
Ditanyakan : konduktivitas termal sampel?
Jawab :

W/m  

Untuk data perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.4, 3.5 dam 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.4 Data hasil perhitungan k sampel l=0.5 cm
No
∆Tr
Lr
Ls
∆Ts
k Al
Ksampel(W/moC)
1
1
0.03
0.005
12
202
2,8055
2
9
0.03
0.005
39
202
7,76923
3
10
0.03
0.005
10
202
33,6666
Rata-Rata
14,7472


Tabel 3.5 Data hasil perhitungan k sampel l=1 cm
No
∆Tr
Lr
Ls
∆Ts
k Al
Ksampel(W/moC)
1
2
0.03
0.01
9
202
14,9629
2
5
0.03
0.01
8
202
42,0833
3
8
0.03
0.01
11
202
48,9696
Rata-Rata
35,3386

 Tabel 3.6 Data hasil perhitungan k sampel l=1.5 cm
No
∆Tr
Lr
Ls
∆Ts
k Al
Ksampel(W/moC)
1
1
0.03
0.015
4
202
25,25
2
4
0.03
0.015
10
202
40,4
3
9
0.03
0.015
7
202
129,8571
Rata-Rata
65,1690

Dari tabel hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa erorr data yang cukup tinggi, karena seharusnya nilai konduktivitas termal sampel sekitar 0,17 W/m , namun dari hasil perhitungan lebih dari 10 bahkan sampai 60. Kayu merupakan bahan yang isolator dimana elektron bebasnya sedikit, sehingga sulit menghantarkan listrik. Error data yang cukup besar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya waktu pemanasan yang  kurang lama, pengukuran suhu menggunakan pirometer yang kurang akurat karena harus ditembakkan, sehingga belum tentu tepat pada titik pengukuran ataupun bisa mengenai penjepit yang terbuat dari logam. Hubungan panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan  persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.
Proses perpindahan kalor dari kompor yang menghasilkan api hingga sampai ke ujung alumunium paling atas adalah energi dari api mengenai salah satu ujung alumunium yang paling bawah, kemudian karena electron pada alumunium mendapat energi dari api, maka, elektron-elektron tersebut akan bergetar dan menyebabkan electron disampingnya mendapat energy dari electron yang bergetar tersebut sehingga terus menyalurkan energy sampai ujung alumunium paling atas.
Dalam praktikum ini diperoleh nilai konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm  sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm  sebesar 65,1690 W/moC.

IV.     KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm  sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm  sebesar 65,1690 W/moC. Hubungan panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan  persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.


UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita Narsisca selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum konduktivitas termal dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

[1]     Djaprie, Sriati. “Teknologi Mekanik” jilid 1 Erlangga, Jakarta. 1992.
[2]     Bradbury, “Dasar Metalurgi Untuk Rekasasawan” PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997
[3]     Serway Jewett. 2004. Fisika Untuk Science dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika